Berhubungan Badan
Di dalam jima’ atau berhubungan badan seorang suami harus dapat memenuhi kebutuhan istri. Seorang suami tidak boleh merasa egois, hanya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri karena hal ini akan mengecewakan istrinya. Ada banyak hal yang harus di perhatikan oleh suami, misalnya memilih waktu yang sesuai, dalam keadaan bersih dan memakai wangi-wangian, melakukan pemanasan terlebih dahulu, mencukupi kebutuhan istri, dan sebagainya.
Dalam pemenuhan kebutuhan seks, soerang suami harus bisa menjaga perasaan istri. Ia tidak boleh egois, tidak hanya memenuhi hajatnya saja, tetapi juga harus bisa memenuhi hajat istrinya. Ada etika-etika tertentu baik sebelum melakukan jima’, pada saat, dan setelah melakukannya.
Sebelum melakukan jima’, keduanya (suami Istri) disunatkan untuk mandi dan memakai wangi-wangian. Hal ini untuk menambah gairah dan agar mendapat kenikmatan yang memuaskan. Lalu sang suami harus mencumbu istrinya. Perlu didahului dengan pemanasan-pemanasan ringan seperti saling peluk dan saling cium. Pemanasan yang demikian, penting sekali untuk merangsang sang istri karena memang ada perbedaan mendasar bila dibanding dengan laki-laki dalam hal ini. Seorang laki-laki bisa terangsang lebih cepat, meskipun hanya dengan melihat. Sementara sang istri perlu rangsangan, terutama pada bagian-bagian tertentu yang sensitif.
Sebelum sang suami menjima’ istrinya, seyogyanya menyebut nama allah, minimal dengan ucapan bismillah.
Setelah selesai jima’ baik suami maupun istri diwajibkan mandi. Namanya mandi jinabat atau mandi junub. Kita sering menyebutnya mandi wajib dan mandi besar. Mandi besar ini harus dilaksanakan sebelum seseorang menunaikan shalat fardlu. Lebih utama lagi, mandi besar dilakukan seusai jima’ sebelum tidur kembali. Namun, jika memang untuk melakukan ini terasa berat, cukuplah kiranya dengan berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur.
--------------------------Resep Masakan Rumahan
Syafa Aulia Rahmah
Info Warga Jateng
Mancing Gayeng
Yuni Almus
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.