Ridlo dengan Keadaan Suami
Dalam kehidupan rumah tangga, kadangkala kedaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang diimpikan. Barangkali keadaan ekonomi, keluarga, kedudukan sosial, dan lain sebagainya yang dimiliki oleh suami tidak sesuai dengan yang didinginkan oleh istri. Oleh karena itu, menghadapi hal-hal yang demikian seorang istri harus bisa bersifat ridla dan menerima apa adanya. Jangan sampai istrinya menuntut hal-hal yang bisa memayahkan seorang suami. Jika gaji suami satu bulan satu bulan 500 ribu, maka adalah keterlaluan jika sang istri menuntut makanan yang lezat-lezat, pakaian yang bagus-bagus, mobil, dan sebagainya. Seorang istri harus bisa mensyukuri apa yang ada pada suaminya. Hal yang demikian tentu akan lebih membanagiakan daripada seorang istri selalu menuntut macam-macam kepada suami.
Seorang istri yang tidak pandai berterima kasih kepada suaminya, akan sia-sia kebaikannya. Demikian menyedihkannya keadaan seorang istri yang tidak pandai bersyukur kepada suami. Mereka tidak aka dipandang (diperhatikan) pada hari kiamat. Di dunia saja kita bisa membeyangkan, jikalau pada saat kita memerlukan belas kasihan dan kasih sayang, namun yang kita harapkan tidak juga mau memperhatikan kita, bagaimanakah perasaan kita ? Apalagi kelak pada hari kiamat di mana tidak ada yang mampu menyelamatkan kita dari azab Allah selain ampunan dan rahmat-Nya. Oleh karena itu, wahai para istri, janganlah mengingkari nikmat yang diberikan Allah melalui dirinya. Ketahuilah bahwa bakti kepada suami adalah pertanyaan yang akan diajukan kepada para istri setelah pertanyaan shalat pada hari perhitungan.
Bakti seorang istri kepada suami bisa menghantarkan ke surga sedangkan durhaka seorang istri kepada suami bisa menjerumuskan ke dalam neraka.
Oleh karena itu, tidaklah pantas bagi seorang istri menuntut sesuatu yang diluar kemampuan suaminya. Termasuk menuntut sesuatu yang di luar kemampuan suami adalah dengan tidak adanya syukur atau terima kasih kepada suami. Sebuah pepatah mengatakan, Wanita adalah tiang negara, jika suatu negara wanitanya baik maka tegaklah negara dan jika wanitanya rusak maka hancurlah negara.”
Pada zaman ini kebanyakan wanita tidak bisa mempunyai sifat nriman atau qanaah. Meraka lebih suka menuntut suaminya memberikan sesuatu yang di luar kemampuan. Akibatnya, sang suami melakukan pelanggaran-pelanggaran baik norma agama maupun negara. Akhirnya, karena banyak orang yang melakukan pelanggaran maka rusaklah negara. Janganlah seorang istri suka mengatur suaminya. Meskipun demikian, seorang istri boleh memberikan satan, pertimbangan, dan pendapat kepada suaminya. Lebih dari itu, seorang istri boleh mengingatkan dan menegur suaminya apabila lalai. Namun, harus dengan cara yang sopan. Seorang istri tidak sepantasnya bersuara lebih kuat atau lebih keras daripada suaminya.
--------------------------Resep Masakan Rumahan
Syafa Aulia Rahmah
Info Warga Jateng
Mancing Gayeng
Yuni Almus
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.